Ada beberapa kenyataan penting yang terungkap usai seri ke-7 yang berlangsung di circuit Assen, Belanda. Ternyata Marco Simoncelli belum bisa mengurangi kecerobohannya. Ternyata Casey Stoner masih “pilih-pilih” circuit dan ternyata Yamaha belum habis.
Selepas start, duet Yamaha Factory Racing saling “menyerang” untuk melepaskan diri dari gerombolan rider lain. Ben Spies lolos. Sayangnya Jorge Lorenzo yang sempat memimpin malah berhasil disusul lalu ditumbangkan oleh Simoncelli. Spies sama sekali tak terkejar setelah itu. Termasuk oleh duet Repsol Honda, Casey Stoner dan Andrea Dovizioso.
Ada kemungkinan memang Stoner mulai bermain aman. Toh lawan terberatnya, Lorenzo sudah jauh di belakang. Namun tertinggal lebih dari 7 detik dari Spies tentu bukan gap yang bisa dianggap biasa. Apalagi sejak sesi latihan bebas pertama hingga kualifikasi, Stoner tidak tampil mendominasi seperti biasanya.
Ini menyiratkan jika sang rider asal Australia itu belumlah bisa dikatakan mendominasi seluruh circuit. Dia masih sangat mungkin untuk dikalahkan. Sebagai penikmat kompetisi, kita juga pantas berharap bahwa ketidak mampuan Andrea Dovizioso menyalip Stoner adalah sesuatu yang natural dan tidak ada unsur “politik” di belakangnya.
Yang sangat patut disayangkan tentu saja kecerobohan Simoncelli yang lagi-lagi membatalkannya naik podium. Sebagai rider yang selalu menjadi yang tercepat di semua sesi latihan plus kualifikasi, penampilan Super Sic tentu sangat dinanti untuk bisa mengukur sejauh mana tingkat kemajuan yang sudah dilakukan Yamaha.
Tapi setidaknya, dengan kesuksesan Spies meraih kemenangan lewat dominasi sepanjang race, bolehlah kita katakan Yamaha belum habis. Pabrikan yang merayakan 50 tahunnya di ajang Grand Prix ini masih bisa tampil kompetitif.
Sayangnya, Lorenzo harus menjalani re-start setelah insiden lap pertama. Ini membuat peta persaingan di kelasemen semakin tidak menarik. Setelah dua lawan terberatnya, Dani Pedrosa dan Lorenzo sama-sama dibuat nyungsep oleh Simoncelli, Stoner kini semakin perkasa di puncak kelasemen dengan unggul 28 pion atas Lorenzo.
Tetapi kedepan masih ada 11 seri lagi, termasuk yang terdekat di Mugello, Italia. Masih banyak kemungkinan tak terduga yang bisa terjadi. Jangan lupakan juga kubu Ducati yang tak pernah lelah untuk terus berinovasi untuk mengejar ketertinggalannya.
Lewat “produk” baru GP11.1, Valentino Rossi merasa lebih bisa menguasai motornya. Di Assen ia mampu finish ke-4 walaupun harus tertinggal lebih dari 30 detik dari Ben Spies. Dan seri berikutnya di Italia akan menjadi seri yang paling di tunggu-tunggu sang raja Mugello.
So, lupakan dulu daftar kelasemen, yang penting kita bisa menyaksikan aksi para rider MotoGP bersaing meraih kemenangan dalam setiap seri.
Selepas start, duet Yamaha Factory Racing saling “menyerang” untuk melepaskan diri dari gerombolan rider lain. Ben Spies lolos. Sayangnya Jorge Lorenzo yang sempat memimpin malah berhasil disusul lalu ditumbangkan oleh Simoncelli. Spies sama sekali tak terkejar setelah itu. Termasuk oleh duet Repsol Honda, Casey Stoner dan Andrea Dovizioso.
Ada kemungkinan memang Stoner mulai bermain aman. Toh lawan terberatnya, Lorenzo sudah jauh di belakang. Namun tertinggal lebih dari 7 detik dari Spies tentu bukan gap yang bisa dianggap biasa. Apalagi sejak sesi latihan bebas pertama hingga kualifikasi, Stoner tidak tampil mendominasi seperti biasanya.
Ini menyiratkan jika sang rider asal Australia itu belumlah bisa dikatakan mendominasi seluruh circuit. Dia masih sangat mungkin untuk dikalahkan. Sebagai penikmat kompetisi, kita juga pantas berharap bahwa ketidak mampuan Andrea Dovizioso menyalip Stoner adalah sesuatu yang natural dan tidak ada unsur “politik” di belakangnya.
Yang sangat patut disayangkan tentu saja kecerobohan Simoncelli yang lagi-lagi membatalkannya naik podium. Sebagai rider yang selalu menjadi yang tercepat di semua sesi latihan plus kualifikasi, penampilan Super Sic tentu sangat dinanti untuk bisa mengukur sejauh mana tingkat kemajuan yang sudah dilakukan Yamaha.
Tapi setidaknya, dengan kesuksesan Spies meraih kemenangan lewat dominasi sepanjang race, bolehlah kita katakan Yamaha belum habis. Pabrikan yang merayakan 50 tahunnya di ajang Grand Prix ini masih bisa tampil kompetitif.
Sayangnya, Lorenzo harus menjalani re-start setelah insiden lap pertama. Ini membuat peta persaingan di kelasemen semakin tidak menarik. Setelah dua lawan terberatnya, Dani Pedrosa dan Lorenzo sama-sama dibuat nyungsep oleh Simoncelli, Stoner kini semakin perkasa di puncak kelasemen dengan unggul 28 pion atas Lorenzo.
Tetapi kedepan masih ada 11 seri lagi, termasuk yang terdekat di Mugello, Italia. Masih banyak kemungkinan tak terduga yang bisa terjadi. Jangan lupakan juga kubu Ducati yang tak pernah lelah untuk terus berinovasi untuk mengejar ketertinggalannya.
Lewat “produk” baru GP11.1, Valentino Rossi merasa lebih bisa menguasai motornya. Di Assen ia mampu finish ke-4 walaupun harus tertinggal lebih dari 30 detik dari Ben Spies. Dan seri berikutnya di Italia akan menjadi seri yang paling di tunggu-tunggu sang raja Mugello.
So, lupakan dulu daftar kelasemen, yang penting kita bisa menyaksikan aksi para rider MotoGP bersaing meraih kemenangan dalam setiap seri.
No comments:
Post a Comment