Selain menjadi satu-satunya seri MotoGP yang berlangsung di hari Sabtu, TT Assen juga menyimpan keunikan lain. Setidaknya hal itu pernah dialami oleh Valentino Rossi, Colin Edwards dan Nicky Hayden. Mereka pernah mengalami nasib yang bertolak belakang antara satu musim dengan musim lainnya. Apa saja itu? Yuk kita flashback.
Valentino Rossi: Dari 11 ke 1, Dari 1 ke 11
Tahun 2007 menjadi musim berat buat Valentino Rossi dan Yamaha. YZR-M1 800cc yang ditopang ban Michelin kalah garang dibandingkan Ducati GP7 yang didukung ban Bridgestone di bawah kendali Casey Stoner. Namun tentu bukan Rossi namanya kalau tak mampu membuat kejutan.
Saat sesi kualifikasi GP Belanda, hujan lebat mengguyur sirkuit Assen. Akibatnya Rossi hanya mampu mencetak waktu di urutan ke-11. Tetapi keadaan berubah saat race day. Matahari bersinar terang. Rossi yang memulai race dari grid ke-11 dengan cepat mampu menerobos ke depan hingga berhasil menempel Stoner yang sejak start memimpin jalannya lomba.
Setelah membuntutinya dalam beberapa lap Rossi pun akhirnya sukses mengambil alih posisi pertama dari tangan Stoner dan mempertahankannya hingga finish. Tentu ini sebuah hasil yang fantastis dan pastinya menjadi salah satu balapan terbaik The Doctor. Start dari posisi ke-11 lalu berhasil finish pertama.
Musim berikutnya, Rossi menghadapi seri Assen dengan rasa optimisme tinggi. Tanda-tanda akan mampu kembali meraih kemenangan sudah terlihat dengan berhasilnya dia menjadi yang tercepat saat sesi kualifikasi.
Jika tahun sebelumnya start dari grid ke-11 mampu jadi juara, bagaimana jika kemudian di musim 2008 Rossi start dari pole position? Pastinya tak akan tertandingi.
Tapi apa yang kemudian terjadi saat race benar-benar kebalikan dari musim 2007. Seperti biasa Rossi tercecer saat start sedangkan Stoner malah melesat di depan. Sadar akan sulit mengejar rider Australia itu jika dibiarkan menjauh sejak awal, Rossi berusaha dengan segera kembali ke barisan depan.
Sayang dia salah perhitungan. Tampil ngotot di lap pertama saat ban masih dingin membuat Rossi slip dan akhirnya jatuh persis di sebelah Randy De Puniet. Kejadiannya hampir mirip dengan insiden Rossi-Stoner di seri Jerez 2011 lalu. Seperti halnya Stoner (di Jerez), akibat ditekel Rossi, De Puniet tak bisa melanjutkan balapan. Sementara The Doctor mampu kembali ke lintasan dan finish di posisi ke-11.
Colin Edwards vs Nicky Hayden
Valentino Rossi mengalami kecelakaan saat sesi latihan bebas TT Assen 2006 hingga menderita cedera retak tulang pergelangan tangan. Namun dengan seizin tim medis MotoGP, rider Italia itu tetap ikut balap. Menyadari kondisi Rossi tak akan mampu tampil maksimal saat race, Yamaha berinisiatif memberikan tunggangan Rossi kepada sang team-mate Colin Edwards. Ini memang masih dimungkinkan karena saat itu belum ada aturan pembatasan penggunaan mesin.
Mendapat “mainan” baru, Edwards tampil memukau dan benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik untuk menghadang Nicky Hayden yang saat itu menjadi lawan terberat Rossi mempertahankan gelar juara dunia. Aksi salip menyalip antar kedua rider Amerika itu mewarnai jalannya balapan hingga detik-detik terakhir menjelang finish.
Edwards nyaris meraih kemenangan pertamanya di MotoGP, sebelum akhirnya dia tak mampu mengendalikan motornya saat keluar dari tikungan terakhir menjelang finish. Jatuhnya Edwards hanya beberapa meter sebelum garis finish membuat Hayden melenggang ke podium tertinggi TT Assen 2006 sekaligus semakin memperlebar jarak poinnya dengan Rossi.
Tak disangka dua tahun kemudian, secara tidak langsung Edwards melakukan “pembalasan” terhadap Hayden. Saat itu adalah tahun pertama Edwards bersama team Yamaha Tech 3. Meski menggunakan motor spek satelit, The Texas Tornado tetap mampu bersaing di barisan depan saat Grand Prix Belanda 2008 itu.
Hingga menjelang finish, Edwards setia membuntuti Hayden yang berada di posisi ke-3. Tepat selepas tikungan terakhir menjelang finish -tempat yang sama pada tahun 2006 Edwards mengalami kecelakaan- Honda RC212V tunggangan Hayden ngadat karena kehabisan bahan bakar. Maka dengan mudah Edwards menyalip rekan senegaranya tersebut untk mengamankan podium ke-3.
Valentino Rossi: Dari 11 ke 1, Dari 1 ke 11
Tahun 2007 menjadi musim berat buat Valentino Rossi dan Yamaha. YZR-M1 800cc yang ditopang ban Michelin kalah garang dibandingkan Ducati GP7 yang didukung ban Bridgestone di bawah kendali Casey Stoner. Namun tentu bukan Rossi namanya kalau tak mampu membuat kejutan.
Saat sesi kualifikasi GP Belanda, hujan lebat mengguyur sirkuit Assen. Akibatnya Rossi hanya mampu mencetak waktu di urutan ke-11. Tetapi keadaan berubah saat race day. Matahari bersinar terang. Rossi yang memulai race dari grid ke-11 dengan cepat mampu menerobos ke depan hingga berhasil menempel Stoner yang sejak start memimpin jalannya lomba.
Setelah membuntutinya dalam beberapa lap Rossi pun akhirnya sukses mengambil alih posisi pertama dari tangan Stoner dan mempertahankannya hingga finish. Tentu ini sebuah hasil yang fantastis dan pastinya menjadi salah satu balapan terbaik The Doctor. Start dari posisi ke-11 lalu berhasil finish pertama.
Musim berikutnya, Rossi menghadapi seri Assen dengan rasa optimisme tinggi. Tanda-tanda akan mampu kembali meraih kemenangan sudah terlihat dengan berhasilnya dia menjadi yang tercepat saat sesi kualifikasi.
Jika tahun sebelumnya start dari grid ke-11 mampu jadi juara, bagaimana jika kemudian di musim 2008 Rossi start dari pole position? Pastinya tak akan tertandingi.
Tapi apa yang kemudian terjadi saat race benar-benar kebalikan dari musim 2007. Seperti biasa Rossi tercecer saat start sedangkan Stoner malah melesat di depan. Sadar akan sulit mengejar rider Australia itu jika dibiarkan menjauh sejak awal, Rossi berusaha dengan segera kembali ke barisan depan.
Sayang dia salah perhitungan. Tampil ngotot di lap pertama saat ban masih dingin membuat Rossi slip dan akhirnya jatuh persis di sebelah Randy De Puniet. Kejadiannya hampir mirip dengan insiden Rossi-Stoner di seri Jerez 2011 lalu. Seperti halnya Stoner (di Jerez), akibat ditekel Rossi, De Puniet tak bisa melanjutkan balapan. Sementara The Doctor mampu kembali ke lintasan dan finish di posisi ke-11.
Colin Edwards vs Nicky Hayden
Valentino Rossi mengalami kecelakaan saat sesi latihan bebas TT Assen 2006 hingga menderita cedera retak tulang pergelangan tangan. Namun dengan seizin tim medis MotoGP, rider Italia itu tetap ikut balap. Menyadari kondisi Rossi tak akan mampu tampil maksimal saat race, Yamaha berinisiatif memberikan tunggangan Rossi kepada sang team-mate Colin Edwards. Ini memang masih dimungkinkan karena saat itu belum ada aturan pembatasan penggunaan mesin.
Mendapat “mainan” baru, Edwards tampil memukau dan benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik untuk menghadang Nicky Hayden yang saat itu menjadi lawan terberat Rossi mempertahankan gelar juara dunia. Aksi salip menyalip antar kedua rider Amerika itu mewarnai jalannya balapan hingga detik-detik terakhir menjelang finish.
Edwards nyaris meraih kemenangan pertamanya di MotoGP, sebelum akhirnya dia tak mampu mengendalikan motornya saat keluar dari tikungan terakhir menjelang finish. Jatuhnya Edwards hanya beberapa meter sebelum garis finish membuat Hayden melenggang ke podium tertinggi TT Assen 2006 sekaligus semakin memperlebar jarak poinnya dengan Rossi.
Tak disangka dua tahun kemudian, secara tidak langsung Edwards melakukan “pembalasan” terhadap Hayden. Saat itu adalah tahun pertama Edwards bersama team Yamaha Tech 3. Meski menggunakan motor spek satelit, The Texas Tornado tetap mampu bersaing di barisan depan saat Grand Prix Belanda 2008 itu.
Hingga menjelang finish, Edwards setia membuntuti Hayden yang berada di posisi ke-3. Tepat selepas tikungan terakhir menjelang finish -tempat yang sama pada tahun 2006 Edwards mengalami kecelakaan- Honda RC212V tunggangan Hayden ngadat karena kehabisan bahan bakar. Maka dengan mudah Edwards menyalip rekan senegaranya tersebut untk mengamankan podium ke-3.
No comments:
Post a Comment