Wednesday, May 18, 2011

Perang Saudara Telah Memakan Korban

Empat rider hebat diberi fasilitas dan motor yang sama hebatnya. Apa yang terjadi? Mungkin akan mendominasi tetapi yang pasti akan menimbulkan ‘perang saudara’. Hal ini bahkan sudah mGPm sampaikan saat HRC pertama kali menyatakan akan mensuport 4 rider sekaligus sebagai rider pabrikan di musim 2011 ini.


Pedrosa Stoner Dovizioso Simoncelli Perang Saudara Telah Memakan Korban

Tak perlu menunggu lama, di seri ke-4 hal itu sudah terbukti. Dua rider Honda mengalami insiden fatal. Terlepas dari siapa benar dan siapa salah, kejadian itu jelas merugikan keduanya.
Marco Simoncelli gagal naik podium untuk pertama kalinya di kelas puncak. Ride through penalty membuatnya harus rela finish di posisi ke-5.

Sedangkan apa yang dialami Dani Pedrosa jelas lebih merugikan lagi. Bukan hanya tak berhasil finish tetapi juga mengalami cedera leher. Hingga saat ini rider Spanyol itu masih menunggu keputusan apakah akan menjalani operasi atau tidak. Kondisi tersebut juga membuat Pedrosa diragukan bisa tampil pada seri berikutnya di sirkuit Montmelo, Catalunya.

Dan sekali lagi, ‘perang saudara’ Honda itu menguntungkan Jorge Lorenzo. Sebelum seri ke-4 berlangsung, Lorenzo hanya unggul 4 poin atas Dani. Usai race di Le Mans, meski hanya finish ke-4, X Fuera menambah keunggulan poinnya menjadi 16 poin atas Casey Stoner yang menggantikan Pedrosa sebagai runner-up kelasemen sementara.

Benar, ini hanya sementara. Namun jika para jagoan HRC itu terus menerus silih berganti menjadi juara seri, sementara Lorenzo selalu bisa finish 4 besar, bukan tidak mungkin rider Honda tetap akan kesulitan menggeser Spaniard sebagai pimpinan kelasemen.

Belum lagi ancaman baru mulai tampak nyata dari Valentino Rossi. Segala upaya keras yang dilakukan Ducati nampaknya mulai menampakkan hasil positif. The Doctor sudah mulai bisa menerobos barisan depan. Seperti halnya Lorenzo, Rossi pun sangat dimungkinkan mendapat keuntungan jika rider Honda itu silih berganti di depan. Apalagi jika di seri-seri berikutnya GP11 bisa tampil semakin garang.

Sesungguhnya sudah sangat jelas terlihat betapa performa RC212V besutan Stoner, Pedrosa, Dovizioso dan Simoncelli saat ini jauh lebih unggul dari Yamaha dan Ducati. Sebagai indikator, tahun lalu bersama Yamaha, Rossi yang masih belum fit tidak mengalami kesulitan untuk menaklukkan Andrea Dovizioso (ingat seri Laguna Seca dan Sepang). Musim ini, giliran Dovizioso yang membuat seniornya bertekuk lutut, dua seri berturut-turut.

Bagaimana dengan Yamaha? Benarkan mereka semakin pasrah?
Melihat hasil race di dua seri terakhir di Portugal (Estoril) dan Prancis (Le Mans), terlihat performa Yamaha memang cukup mengkhawatirkan. Dua sirkuit yang sebelumnya sangat dikuasai kini jatuh ke tangan rider dari pabrikan lain. Ditambah lagi kenyataan di empat seri pembuka, hanya Lorenzo yang bisa masuk barisan 5 besar.

Apakah semua itu buntut dari kepergian Valentino Rossi dan Masao Furusawa? Mungkin saja. Tapi yang lebih tepat sebenarnya karena Honda yang awal musim ini mampu membuat pengembangan motor paling pesat. Hal ini terbukti dari ketidakberdayaan Hiroshi Aoyama dan Toni Elias, dua rider Honda yang tidak mendapat support pabrikan. Tampak jelas seperti apa gap antara RC212V standard dengan yang mendapat update teknologi terbaru.

No comments:

Post a Comment